Kamis, 19 Juni 2008

Dari Malam Pentabalan Tanjungpinang Negeri Pantun di TIM Jakarta

Perlu Diteruskan, Akan Meningkatkan Tradisi

Bagi sebagian besar masyarakat di kota metropolitan Jakarta, berpantun jarang didegar. Bagi lebih memperkenalkan dan agar dapat lebih didegar Pemko Tanjungpinang bersama Yayasan Panggung Melayu (YPM) Jakarta mengelar Festival Pantun Serumpun se Asia Tenggara sejak 25 April sampai 29 April 2008 di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.

Pemuncak Festival Pantun Serumpun se Asia Tenggara itu dilakukan pentabalan Tanjungpinang Negeri Pantun oleh Wako Tanjungpinang Hj Suryatati A Manan dan Operas Pantun di gedung teater Drama Bhakti Budaya TIM. Di festival ini juga dipecahkan record berbalas pantun terlama. Piagam record Muri pun diberikan Ketua Muri Jaya Suprana pada Wako Tanjungpinang Hj Suryatati A Manan.

Di malam festival itu berbagai jenis pantun diperkenalkan pada khalayak penonton. Seperti pantun nasehat, pantun berkasih, pantun jenaka, pantun tetua, pantun bergaduh, pantun saat meminang dan pesta kawin, serta berbagai jenis pantun lainnya. Festival Pantun Serumpun se Asia Tenggara ini pun mendapat apresiasi dari peserta dan sastrawan.

‘’Festival sebagus ini hendaknya jangan sampai disini dan perlu diteruskan. Setidaknya setahun sekalilah diadakan,’’ kata Penolong Pengarah jabatan Akademi Seni Budaya dan Warisan Kebangsaan (Aswara) Malaysia Mohammad Ridzuan Harun, Selasa (29/4) malam pada Batam Pos.

Keterlibatan dan keikutsertaan negera-negara serumpun dalam Festival Pantun serumpun se Asia Tenggara dimasa akan datang, harap Mohammad Ridzuan Harun hendaknya juga dapat diperbanyak. ‘’Termasuk juri pantun perlombaan harus demikian. Harus serumpun juga. Sehingga akan lebih mantap,’’ ucapnya.

Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri juga mengatakan festival pantun tersebut sangat bagus. ‘’Ini akan dapat meningkatkan tradisi kita,’’ kata Sutardji.

Dijelaskan Sutardji, pantun dan puisi digolongkan dalam prosa lama. Akan tetapi antara pantun dan puisi punya perbedaan. Kalau pantun, jelasnya punya sampiran dan temanya teratur. Sedangkan puisi lebih bebas tidak memandang bentuk dan bunyi. Yang namanya kebudayaan, jelas Sutardji, perlu dilakukan regenerasi.

‘’Yang namanya kebudayaan agar tidak hilang perlu ada penyambungan. Menyambung kebudayaan itu dapat dilakukan melalui pendidikan. Sehingga menerapkan pantun di sekolah sebagai mana dilakukan Pemko Tanjungpinang suatu cara menyambung dan memperhatikan budaya. Oleh sebab itu Pemda harus perhatikan budaya daerahnya, kalau tidak berarti tidak turut serta dalam memajukan budaya di daerahnya,’’ ujarnya.****

Tidak ada komentar: